Murni Dwiati, Wiwik Herawati, dan Iman Budisantoso
Penerbit :Universitas Jenderal Soedirman
Editor Isi : Agus Hery Susanto
Editor Bahasa : Lalita Melasarianti
Tebal : x, 179 halaman
Ukuran : 15,5 x 23 cm
ISBN : 978-623-465-180-5
Sinopsis :
Orkhidologi merupakan cabang ilmu biologi mengenai seluk-beluk tanaman anggrek, mulai dari aspek morfo-anatomi, taksonomi, fisiologi, ekologi hingga budidaya dan agribisnis. Oleh karena itu, di dalam buku ajar ini dijelaskan beberapa teknik budidaya anggrek, seperti teknik perawatan, perbanyakan, konservasi secara in situ dan ex situ, serta penggunaaan mutan untuk meningkatkan performa tanaman anggrek. Selain itu, disinggung pula perihal strategi pemasaran, sosial-ekonomi, dan pola kemitraan pada salah satu pemilik nursery anggrek yang ternama.
Di antara jenis anggrek, ada yang selalu tumbuh dengan baik sepanjang waktu atau disebut dengan anggrek evergreen. Anggrek tipe ini memiliki daun yang tetap segar sepanjang masa dan sangat sesuai bila digunakan sebagai tanaman indoor karena tetap dapat berbunga dalam kondisi pencahayaan yang kurang terang. Phalaenopsis dapat dipilih sebagai tanaman indoor, sedangkan Vanda sangat cocok untuk dijadikan tanaman hias gantung yang tahan terhadap kondisi suhu agak tinggi. Sementara itu, kelompok anggrek deciduous adalah anggrek dengan tipe daun gugur. Semua helaian daunnya akan gugur pada waktu bersamaan. Pseudobulbus tidak memperlihatkan adanya daun sama sekali. Tanaman anggrek jenis ini akan mengalami masa istirahat. Setelah masa istirahat selesai, akan muncul kenop bunga. Kelompok ini dapat dijadikan tanaman hias di taman yang sedikit panas dan kering dengan bebatuan di beberapa tempat. Lingkungan yang semula bernuansa tandus akan berubah menjadi segar dengan keberadaan anggrek Dendrobium aphylum dan D. kuhlii, yang masing-masing memberikan warna ungu tua dan warna merah muda bercampur maron dengan bunga yang tersembul dalam rangkaian pseudobulbus yang tidak berdaun. Bagian tepi taman dapat dihiasi dengan Catasetum after dark yang sangat indah dengan bunga berwarna merah maron mendekati hitam.
Dengan pengetahuan ilmu taksonomi anggrek, dapat dilakukan identifikasi jenis-jenis anggrek yang terancam punah. Selanjutnya, dilakukan perancangan program konservasi dalam rangka mempertahankan populasi anggrek tersebut. Perbanyakan tanaman melalui teknik kultur in vitro, baik menggunakan biji maupun jaringan daun, diikuti dengan proses embriogenesis somatiknya untuk pengembangan lebih lanjut dalam bejana TIS (temporary immersion system) dapat diaplikasikan untuk menyelamatkan anggrek-anggrek yang terancam punah ini.
Anggrek sering kali hidup di habitat yang khusus dan rentan terhadap perubahan kondisi lingkungan. Dengan mempelajari ekologi anggrek dan memahami kebutuhan anggrek akan habitat yang ideal untuk mendukung kehidupannya dapat dirancang program konservasi habitat anggrek sebagai upaya untuk mempertahankan keanekaragaman hayati anggrek. Dengan mengenal syarat tumbuh dan habitat tanaman anggrek dapat dibuat taman-taman dengan beberapa nuasa khusus, misalnya untuk nuansa teduh dan segar dapat digunakan Phalaenopsis sebagai anggrek yang dominan, sementara Cattleyaa yang anggun akan menjadikan taman indah. Nuansa yang ceria bahagia dengan daun-daun yang tersusun indah dan bunga bermekaran dengan aroma yang wangi dapat diciptakan dengan menghadirkan anggrek dari kelompok Vanda dan Paphiopedilum. Taman dengan nuansa panas dan gersang dengan daun-daun kering atau bahkan tidak terlihat adanya daun, dengan ranting dan pseudobulbus berwarna ungu dan gelap yang dijumpai di banyak tempat dapat diciptakan dengan menghadirkan anggrek gurun Eulophia petersii.
Indonesia, terutama kawasan bagian barat, dikenal sebagai wilayah dengan kekayaan tanaman anggrek yang melimpah. Hal ini terkait dengan keberadaan hutan hujan tropis, yang sangat sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangan berbagai jenis anggrek spesies (alam), baik yang bersifat terestrial, epifit, litofit, saprofit, maupun amoebofit. Beberapa anggrek saprofit hidup di atas lapukan seresah daun dan biasanya tidak memiliki klorofil di bagian daunnya. Daun-daun anggrek ini hanya berupa sisik-sisik saja. Sementara itu, anggrek amoebofit hidup di tanah dan pada saat-saat tertentu hanya ditemukan bagian daunnya saja, sedangkan pada periode lainnya hanya membentuk bunga, tanpa memperlihatkan daun sama sekali.
Kawasan Indonesia bagian timur, terutama Papua, juga menjadi habitat yang baik bagi anggrek alam. Habitat anggrek alam ini bervariasi, mulai dari padang rumput, daerah rawa, hingga hutan bakau (mangrove). Kondisi habitat anggrek yang sangat ekstrim inilah yang menyebabkan penampilan anggrek alam sangat bervariasi dalam hal bentuk, tipe, ukuran, serta warna dan corak bunganya. Variasi unik pada bunga tanaman anggrek ini harus tetap dilestarikan. Perbanyakan anggrek dapat dilakukan dengan metode konvensional menggunakan split, setek, atau dengan melibatkan mikoriza dalam menumbuhkan biji anggrek. Selain itu, perbanyakan dapat pula dilakukan menggunakan kultur in vitro atau dengan bantuan TIS.